Mengenang 32 Tahun "Gol Tangan Tuhan"

"Berharap Inggris menjadi Kampiun Piala Dunia Rusia 2018 dengan mengalahkan Argentina dia babak Final"

Tahun ini, 2018, tepat 32 tahun terjadinya sebuah kasus besar dalam dunia sepakbola, yaitu terciptanya gol kontroversial yang dikenal sebagai "Gol Tangan Tuhan".

Persisnya tanggal 22 Juni 1986 pada perhelatan Piala Dunia Meksiko yang mempertemukan Timnas Inggris kontra Timnas Argentina pada babak perempat final di Stadion Azteca, Mexico City.

Dunia tidak akan pernah lupa ketika pada menit ke 51, Diego Armando Maradona memecah kebuntuan dengan mencetak gol kontroversial ke gawang Inggris yang dijaga kiper Peter Shilton.

Proses gol itu terjadi setelah gelandang Inggris Steve Hodge melakukan kesalahan dengan mengoper bola lambung kepada Shilton. Maradona yang melihat kesempatan itu langsung menyongsong bola dan mencetak gol dengan cara kontroversial.

Gol itu dikatakan kontroversial karena Maradona memenangkan duel udara dengan Shilton sambil mengangkat tangannya atau diduga melakukan handball. Kendati demikian, gol tetap disahkan karena wasit dan hakim garis kurang jeli melihatnya.

Seusai laga, Maradona bersedia blak-blakan untuk mengonfirmasi proses terjadinya gol. Saat itu, ia memberikan pernyataan yang pada akhirnya melahirkan julukan gol tangan Tuhan.

"Gol itu tercipta dengan sedikit bantuan kepala dan ada peran tangan tuhan juga," kata Maradona.

Kedua tim ini memang musuh bebuyutan dalam kompetisi sepakbola internasional. Jika kita tarik ke belakang, 20 tahun sebelumnya, tepatnya pada ajang Piala Dunia Inggris tahun 1966, di mana Inggris menjadi juara, diketahui merupakan awal mula berkobarnya api yang menyala di antara kedua pihak hingga saat ini.

Pada babak perempat-final 1966, The Three Lions bertemu dengan wakil dari benua Amerika yang tak lain adalah Argentina. Namun, diusirnya salah satu punggawa Albiceleste, Antonio Rattin, tanpa alasan yang jelas oleh pengadil lapangan, Rudolf Kreitlein, membuat pertandingan yang semula berjalan ketat berubah menjadi berat sebelah.

Alhasil, sepuluh pemain Argentina tak mampu menahan gempuran Bobby Charlton cs. Tim yang pada saat itu dilatih oleh Juan Carlos Lorenzo ini kemudian dibobol oleh Geoff Hurst pada menit ke-73.

Kemenangan tersebut mengantarkan Inggris ke semifinal (bertemu Portugal) dan menang dengan skor 2-1. Kemudian pada babak final mengalahkan Jerman Barat dengan skor meyakinkan 4-2.

Dalam kasus Gol Tangan Tuhan, saat itu hampir semua orang di stadion mengetahui bahwa Maradona melakukan handball, kecuali wasit pertandingan, Ali Bin Naser dari Tunisia. Pemain-pemain Inggris melihat pelanggaran tersebut, pemain Argentina juga tahu, komentator, penonton, bahkan asisten wasit juga melihatnya.

Maradona sendiri sadar betul bahwa dia salah, dan golnya tidak sah. Namun instingnya bekerja cepat, di tengah sedikit keraguan sang wasit, secara cerdik Maradona meyakinkan semua pihak dengan langsung melakukan selebrasi bersama rekan-rekannya.

“Saya menunggu rekan saya untuk merangkul saya, tapi tidak satupun dari mereka yang datang. Lalu saya bilang ke mereka, “Ayo sini peluk saya atau wasit akan menganulir gol ini,” ujar Maradona selang beberapa tahun kemudian dalam sebuah wawancara.

Tahun ini, di babak 16 besar timnas Inggris dan Argentina sama-sama lolos, serta berpeluang besar untuk bertemu di babak final. Jika terwujud remacth antara kedua tim, maka ini akan menjadi sejarah besar, apalagi jika Tim Ratu Elizabeth berhasil membalaskan dendam yang tersimpan selama 32 tahun.

Para pemain Inggris yang membela timnas saat itu tentu masih menyimpan dendam dan kekesalan. Mereka tidak mungkin legowo dengan nasihat, "Sudah, lupakan saja". Mereka tentu berharap timnas Inggris mampu membalas dendam 32 tahun silam dengan mengalahkan Argentina dan keluar sebagai juara Piala Dunia.

Tahun ini adalah momentum terbaik bagi tim Britania Raya untuk mewujudkan mimpi tersebut. Segala prasyarat dan prakondisi sepertinya telah sesuai. Melangkah menuju Moskow dengan meyakinkan, sehingga perayaan 52 tahun silam dapat terulang.

Momen yang terjadi ketika Inggris juara Piala Dunia 1966 adalah Real Madrid tampil menjadi juara Eropa (Piala Liga/Champions), Burnley tampil di Eropa (finis ketiga di Divisi Satu), Manchester City menjuarai liga (Divisi 2), dan Chelsea finis kelima di Liga Inggris.

Di 2018, seperti yang diketahui, Madrid juga bisa meraih gelar juara Liga Champions, Burnley ke Liga Europa (usai finis ketujuh di Liga Inggris), City menjadi juara (Premier League), dan Chelsea finis kelima.

Akankah pasukan The Three Lions mampu mewujudkan harapan dan mimpi rakyat Inggris Raya ?

Kita ikuti pertandingan-pertandingan Piala Dunia Rusia selanjutnya...

Jangan tegang mbahas Pilkada mulu...

Bola ngapa Bola...

Kopi mana Kopi ?

Yogyakarta, 29 Juni 2018
Arief Luqman El Hakiem
Pegiat Media dan Pemerhati Kebijakan Publik

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUMI KERAMAT SETROJENAR

SABDO PALON NAGIH JANJI : KEMBALINYA KEJAYAAN NUSANTARA

SEMAR MBANGUN KAHYANGAN